5 Komoditas Eksport Indonesia Part 1

Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia mempunyai berbagai komoditas ekspor unggulan di pasar global dunia.

Badan Pusat Statistik (BPS) pun melakukan pengelompokan berbagai barang ekspor di Indonesia menjadi dua jenis yakni minyak dan gas (Migas) dan nonmigas. 

Diketahui, kinerja ekspor Indonesia  sendiri rutin diumumkan tiap bulan oleh BPS. Apabila ekspor lebih besar dibanding dengan impor, maka Indonesia tercatat mengalami surplus neraca perdagangan. 

Sebaliknya, jika nilai impor lebih tinggi, maka seharusnya neraca perdagangan mengalami defisit.

Kelebihan perdagangan internasional dari berbagai komoditas diekspor juga bisa menjadi salah satu cara menaikan sumber pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. 

Pada saat ini, ekspor non minyak dan gas di mana porsinya mencapai lebih dari 90%. Namun begitu, ekspor minyak dan gas tidak mendominasi ekspor Indonesia. 

Lantas, produk komoditas unggulan apa saja saat ini bisa di ekspor oleh Indonesia ? Berikut Bonanza88 bantu jelaskan untuk Anda.

  1. Kelapa Sawit

Sudah sejak lama, Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor kelapa sawit yang menguasai pasar global sebeaar 55 persen.

Pada 2021, mengutip data Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI) tercatat, nilai volume ekspor minyak sawit Indonesia sudah mencapai 34 juta ton atau senilai US$22,97 miliar.

Di mana, kelapa sawit serta turunannya termasuk dalam golongan barang lemak dan minyak hewan atau nabati. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, pencapaian ekspor golongan barang tersebut sebagai jumlah paling tinggi dalam kategori ekspor non migas. 

Tercatat, ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) pada Juni 2022 mengalami penigngkatan sebesar 862,66 persen dibandingkan Mei 2022 atau setara dengan jumlah US$2,64 miliar.

Dalam rinciannya, volume ekspor CPO serta turunannya pada Mei 2022 yakni sebesar 182.800 ton dan melesat menjadi 1,76 juta ton pada Mei 2022.

Di mana pada saat bersamaan, melansir data World Bank, harga CPO tercatat turun 12,57 persen.

Diketahui, CPO adalah  salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia. Saat Juni 2022, komoditas utama ekspor ini meningkat secara bulanan. 

Peningkatan tertinggi sendiri terjadi di ekspor CPO atau minyak kelapa sawit yang mengalami kenaikan sebesar 862,66 persen atau setara dengan jumlah US$2,46 miliar.

  1. Batu Bara

Selain minyak kelapa sawit, rupanya Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar ke-3 di dunia setelah China dan India. 

Di mana, produksi batu bara Indonesia mencapai lebih dari angka 500 juta ton per tahun. Sementara, untuk permintaan pasar domestik masih terbilang rendah.

Itulah kenapa, sehingga sebagian besar batu bara atau sebesar 70% untuk pasar nasional dikirimkan keluar negeri yang mana dalam mengikuti kebijakan perdagangan internasional.


Mengutip data Kementerian ESDM, jumlah realisasi ekspor batu bara Indonesia pada 2020 lalu sebesar 405 juta ton atau lebih dari target jumlah ekspor sebesar 102,5%) yang mana ditetapkan pada awal sebesar 395 juta ton. 

Terbaru, melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total ekspor batu bara secara nasional di kuartal II tahun 2022 telah mencapai US$13,55 miliar. 

Angka tersebut meningkat sekitar sebanyak 78% (quarter-on-quarter/qoq) serta mengalami pertumbuhan sebesar 155% (year-on-year/yoy).

Adapun pada saat ini, industri batu bara nasional sedang menyasar ekspansi ke sejumlah pasar Eropa, yang memang tengah dilanda krisis pasokan energi sebagai akibat ketegangannya dengan Rusia.

Rencana ekspansi tersebut, salah satunya dikemukanan pihak PT Bukit Asam yang mana telah menandatangani kontrak ekspor batu bara ke negara Italia sebanyak 140.000 metrik ton (MT) pada semester I tahun 2022. 

Selain Italia, perseroan juga diketahui sedang dalam proses negosiasi atau penjajakan kontrak ekspor batu bara ke negara Eropa lainnya yakni Jerman dan Polandia.

  1. Besi dan Baja

Selanjutnya ada besi dan baja yang menjadi komoditas non migas setelah lemak dan minyak hewan nabati dan bahan bakar mineral. 

Besi dan baja adalah salah satu komoditas paling banyak diperdagangkan di dunia. Ini karena kedua komoditas tersebut muncul sebagai alternatif dari pemakaian besi tradisional standar karena mempunyai fleksibilitas dan daya tahan lebih tinggi.

Diketahui, pada bulan November 2021, ekspor besi dan baja telah mencapai US$276 juta. Bahkan, pemerintah sampai harus mendorong ekspor besi dan baja melalui sebuah program pengolahan bijih nikel menjadi besi dan baja. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor besi dan baja Indonesia tengah menunjukkan performa terbaik dalam lima tahun terakhir.

Pada tahun 2020, nilai ekspor besi dan baja mencapai angka US$ 11,3 miliar. Naik 43,03% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 7,9 miliar.

Peningkatan nilai ekspor besi dan baja terjadi sejak tahun 2016. Tercatat naik sebesar US$ 2,2 miliar. Lalu, nilai ekspor besi dan baja terus mengalami kenaikan rata-rata 52,08%  setiap tahunnya.

Diketahui, selain nilainya terus naik, volume ekspor besi dan baja juga menunjukkan tren peningkatan sejak 2016 sebesar 2,9 juta ton. 

Volume tersebut meningkat dengan nilai rata-rata 34,68% per tahun hingga tahun 2020 yang mencapai angka 9,3 juta ton.

China pun menjadi negara tujuan ekspor besi dan baja utama dari Indonesia pada 2020, sebesar US$ 7,53 miliar dengan nilai volume 6,03 juta ton. 

Di posisi kedua ada Taiwan dengan nilai ekspor besi dan baja sebesar US$ 1,03 miliar dan volume 660,3 juta ton.

Negara ekspor besi dan baja Indonesia  ketiga yakni Korea Selatan senilai US$ 556,2 miliar dengan volume 348,4 juta ton. 

Dan Malaysia menyusul di posisi ke-4 dengan total nilai ekspor besi dan baja sebesar US$ 422,2 miliar serta volume 531,1 juta ton. 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *