Sepengetahuan Bonanza88, sebenarnya FIFA jarang sekali memberi hukuman melarang sebuah tim nasional berpartisipasi di Piala Dunia.
Jadi, ketika badan sepak bola dunia menyatakan pada awal 2022 bahwa Rusia akan dilarang mengikuti kompetisi mereka, termasuk turnamen Piala Dunia 2022 di Qatar, itu adalah langkah besar.
Namun, itu bisa dimaklumi karena Rusia telah menjadi paria internasional oleh sebab aksinya untuk memicu perang di Ukraina.
Pelarangan untuk atlet dan timnas Rusia beraksi juga diberikan oleh sebagian besar badan otoritas olahraga internasional lainnya.
Menurut Mauricio Borrero, seorang profesor di St. John’s University di New York dan pakar sepak bola global, FIFA sebenarnya sangat jarang sekali memberikan hukuman secara eksplisit terkait aksi politik sebuah negara.
Secara umum FIFA biasanya hanya memberikan larangan bermain bagi tim nasional karena masalah yang berkaitan dengan asosiasi sepak bola mereka atau campur tangan pihak ke tiga.
Di bawah ini, beberapa negara yang pernah menerima hukuman larangan bermain dari FIFA di berbagai titik selama bertahun-tahun, baik karena alasan politik atau lainnya.
Rusia
Pada bulan Februari 2022, FIFA dan UEFA sepakat untuk melarang bermain semua klub Rusia dan tim nasionalnya ‘sampai pemberitahuan lebih lanjut’ sebagai akibat dari perang melawan Ukraina.
Hukuman tersebut dikeluarkan setelah tekanan telah meningkat dari negara lain. Misalnya banyak Timnas Eropa, seperti Inggris, Polandia, dan Swedia sudah mengatakan menolak bermain melawan Rusia.
Selain Timnas putranya dilarang mengikuti kompetisi Piala Dunia, Timnas putri Rusia juga tidak diperbolehkan bermain di kompetisi Euro 2022 pada musim panas tersebut.
Dari segi klub, Spartak Moscow juga dicabut haknya untuk bisa berlaga di Liga Europa musim tersebut.
Kenya dan Zimbabwe
FIFA biasanya akan memberikan sanksi larangan bermain bagi sebuah negara bila pemerintah negara tersebut campur tangan dengan federasi sepak bola negerinya.
Atau, federasi sepak bola negara tersebut memang bermasalah, seperti melanggar satuta FIFA.
Faktanya, itulah alasan di balik hukuman yang diterima Kenya dan Zimbabwe di awal tahun 2022.
Kementerian olahraga Kenya menutup Federasi Sepak Bola Kenya setelah adanya tuduhan bahwa dana telah disalahgunakan.
Hampir serupa, asosiasi sepak bola Zimbabwe diskors atau dibekukan sementara oleh pejabat pemerintahnya.
Bedanya, mereka melakukan itu karena adanya tuduhan penipuan dan pelecehan seksual terhadap wasit perempuan.
Hal ini juga berujung pada larangan bermain di ajang internasional bagi Timnas Zimbabwe dari FIFA.
Afrika Selatan
Pada tahun 1961 FIFA memnangguhkan hak Timnas Afrika Selatan mengikuti kompetisi sepak bola internasional.
Hal ini silakuakn sebagai tanggapan atas seruan yang meningkat dari gerakan anti apartheid untuk memboikot Afrika Selatan.
Perlu dipahami, undang-undang Afrika Selatan sendiri pada saat itu melarang tim olahraga berisi pemain ras campuran.
Lebih gila, undang-undang itu juga mewajibkan negara asing yang berpartisipasi dalam kompetisi internasional yang diadakan di Afrika Selatan untuk mengirimkan tim yang hanya berisi kaum kulit putih.
Menyusul skorsing mereka dari sepak bola global, Afrika Selatan kemudian dilarang berpartisipasi dalam Olimpiade, kriket internasional, dan Piala Davis (kejuaraan tenis).
Larangan tersebut berlaku hampir selama tiga dekade, sebelum akhirnya FIFA memulihkan keanggotaan Afrika Selatan pada awal 1990-an ketika apartheid dibubarkan.
Pada tahun 2010 negara ini bahkan berhasil menjadi tuan rumah turnamen sepak bola paling akbar, Piala Dunia FIFA.
Yugoslavia
Baik FIFA dan UEFA pernah sama-sama memberikan larangan bermain bagi Yugoslavia.
Larangan tersebut terutama berimbas pada hak negara tersebut untuk tampil di Piala Eropa 1992 dan Piala Dunia 1994.
Hal ini dilakukan menyusul sanksi PBB di tengah agresi pemerintah mereka, yang didominasi Serbia, di wilayah Balkan, khususnya terhadap area bekas Republik Bosnia Herzegovina.
Chili
Timnas Chili kehilangan haknya bermain dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 1994 yang diadakan di AS.
Hukuman diberikan setelah upaya kecurangan dramatis yang dilakukan pemainnya untuk mencuri tempat di turnamen 1990 dari rival mereka Brasil terbongkar.
Dalam pertandingan tersebut, kiper Chili Roberto Rojas tampak terkena lemparan suar dari bagian stadion Brasil.
Rojas terlihat berdarah dan permainan akhirnya dihentikan sebelum waktunya.
Saat itu Brasil sedang unggul 1-0 dengan 20 menit tersisa untuk bermain.
Secara aturan, kemenangan atau seri akan mengamankan tempat di Piala Dunia bagi Brasil. Tapi, dengan peristiwa itu ada kemungkinan Brasil bisa kehilangan haknya.
Untungnya, dalam penyelidikan lanjutan ditemukan foto yang mengungkapkan bahwa dia tidak terkena suar.
Faktanya, dia terlihat telah melukai kepalanya sendiri menggunakan silet yang disembunyikan di sarung tangannya.
Kuwait
Pada 2016, Kuwait terpaksa kehilangan haknya untuk menjalankan pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018.
Hal ini karena FIFA melihat adanya campur tangan besar oleh pemerintah Kuwait dalam urusan asosiasi sepak bola lokal negara itu.
Sebelumnya FIFA telah menangguhkan asosiasi sepak bola negara itu.
Larangan bermain bagi Timnas Kuwait berlangsung selama lebih dari dua tahun.
Meksiko
FIFA juga pernah melarang Meksiko berpartisipasi dalam Piala Dunia 1990 yang diadakan di Italia.
Hal ini adalah buntu dari tindakan mereka yang memasukkan empat pemain di atas batasan usia dalam pertandingan kualifikasi untuk Kejuaraan Dunia Pemuda 1989.
Penangguhan itu berlangsung selama dua tahun.
Myanmar
Pada 2011, dalam pertandingan kualifikasi Asia, suporter Myanmar melakukan aksi kekerasan selama pertandingan terhadap Timnas Oman.
Mereka melempar batu dan botol kaca ke arah wasit, pemain Oman, dan pelatih tim tamu. Para pemain Oman akhirnya terpaksa kabur ke ruang ganti demi keamanan mereka.
Sebagai tanggapan atas peristiwa tersebut, FIFA menganugerahi Oman kemenangan, meski secara faktual mereka sudah unggul 2-0 dalam pertandingan tersebut.
Hal ini membuat Myanmar tersingkir dari kualifikasi Piala Dunia 2014.
Timnas Myanmar juga mendapat hukuman tambahan dilarang mengikuti kualifikasi dan berlaga di turnamen Piala Dunia 2018.
Untungnya bagi Myanmar, larangan tersebut dicabut menjelang turnamen menyusul keputusan banding.
Indonesia
Pada 2015, FIFA menjatuhkan hukuman larangan bermain bagi Indonesia karena menduga pemerintah kita melakukan campur tangan terhadap urusan asosiasi sepak bola lokal Indonesia, PSSI.
Meski larangan tersebut akhirnya dicabut pada 2016, sanksi itu berdampak besar dalam meniadakan hak Timnas kita untuk berlaga di kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019.
Terkait skandal PD U-20 yang baru saja terjadi, saat Bonanza88 menulis artikel ini, belum ada sanksi tambahan dari FIFA selain pencabutan hak menjadi tuan rumah turnamen tersebut.